Aku menemuinya bersandar di pintu rumahnya sendiri , Gadis yang lesu dan pipi yang tirus selalu kuingat ekspresinya seakan dia menantang langit dan menantang kehidupan yang ada .
"Hei"
Aku mencoba mengambil kosakata berbicara yang pas saat menemuinya di Kantin sekolah.
"Oh, Hei"
Dia berjalan berlalu meninggalkanku yang tidak sempat melanjutkan apa yang ingin kutanyakan. Saat di dalam kelas aku menatap kelas yang bersebelahan dengan kelasku dan aku mencari gadis itu , gadis pucat bermata coklat dan berambut hitam legam yang panjang yang sudah mencapai garis pinggulnya sendiri akan tetapi rambut indahnya sangat tertata rapi dengan pita hitam yang diikatnya setengah kuncir kuda.
Cahaya Matahari sangat terik dan sudah mencapai tepat jendela kelasku sesegera aku menutup dengan gorden tapi sekelumit bayangan pita hitam itu menatapku dan mengalihkannya menatap matahari seakan dia menantang matahari yang begitu kuat cahayanya yang hampir saja melepuhkan mataku sendiri, terkecuali dia.
Aku mencoba melambaikan tanganku padanya memberi sedikit harapan dan juga kode agar matanya teralihkan padaku . Tapi, dia tetap saja melihat matahari seakan matanya sudah menjadi milik Langit.
Aku tidak mengetahui namanya dan dirinya akan tetapi diriku seakan tertarik dengan rahasia hidupnya entah itu kemisterusannya, atau tentang sifatnya yang membuatku ingin mengejar apa yang sedang disembunyikannya.Aku menemuinya kembali , tepat saat aku keluar kelas saat pelajaran kelasku selesai . Dia terduduk termangu di kursi panjang taman sekolah , kadang tersenyum dan menghela napas hingga mengeluarkan secara penuh.
Aku hanya menangkap gerak-geriknya, menatapnya dibalik semak semak yang hanya beberapa meter darinya. Dia mencari sesuatu , matanya tidak henti-hentinya menatap kiri kanan, depan belakang . Seakan sesuatu yang hilang atau dirinya sendiri juga jiwanya yang hilang.
Dia beranjak dari kursinya mengibaskan belakang rok abu-abunya yang dia pikir kalau kotor atau terkena debu saat dia duduk. Dia beranjak pergi, dan aku juga hampir mengikutinya dari belaknag, tapi dia tiba-tiba berhenti . Dia menatap Pohon rindang dengan Batang pohonnya yang besar dan ranting-rantingnya yang kokoh, lalu dia memejamkan matanya dan mulutnya bergerak lembut seakan membisikkan sesuatu yang tidak bisa kudengar.
Krak!!!
Dia mengalihkan pandangannya, aku tidak sengaja menahan kakiku tepat di beberapa patahan ranting yang sudah lama berada di tanah tidak terurus oleh paman kebun sekolahku. Aku menenangkan diriku dan mencoba lagi mencari pijakan yang lebih leluasa bisa menahan beban tubuhku. Aku kembali mencari Gadis itu , dan tidak ada dia disana dia seakan hilang terbawa angin, seperti bunga Dandellion .
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan juga sopan